Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Hi, reader! Pada kesempatan kali ini saya akan mengulas buku Berani Tidak Disukai.
Yuk, langsung saja simak identitas buku dan ulasannya dari saya!
Judul: Berani Tidak Disukai
Penulis: Ichiro Kishimi & Fumitake Koga
Tebal: 323 halaman
Tahun Terbit: Cetakan kelima belas, November 2021
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Blurb:
Membaca buku ini bisa mengubah
hidup anda. jutaan orang sudah menarik
manfaat darinya. sekarang giliran anda.
Berani Tidak Disukai, yang sudah terjual lebih dari 3,5 juta eksemplar, mengungkap rahasia mengeluarkan kekuatan terpendam yang memungkinkan Anda meraih kebahagiaan yang hakiki dan menjadi sosok yang Anda idam-idamkan.
Apakah kebahagiaan adalah sesuatu yang Anda pilih?
Berani Tidak Disukai menyajikan jawabannya secara sederhana dan langsung. Berdasarkan teori Alfred Adler, satu dari tiga psikolog terkemuka abad kesembilan belas selain Freud dan Jung, buku ini mengikuti percakapan yang menggugah antara seorang filsuf dan seorang pemuda. Dalam lima percakapan yang terjalin, sang filsuf membantu muridnya memahami bagaimana masing-masing dari kita mampu menentukan arah hidup kita, bebas dari belenggu trauma masa lalu dan beban ekspektasi orang lain.
Buku yang kaya kebijaksanaan ini akan memandu Anda memahami konsep memaafkan diri sendiri, mencintai diri, dan menyingkirkan hal-hal yang tidak penting dari pikiran. Cara pikir yang membebaskan ini memungkinkan Anda membangun keberanian untuk mengubah dan mengabaikan batasan yang mungkin Anda berlakukan bagi diri Anda.
Ulasan Saya:
Buku ini merupakan berbagai pemikiran serta ajaran filosofis dan teori psikologi Adler. Ajaran dan teori dalam buku ini disampaikan secara unik berupa format dialog naratif antara seorang filsuf dan seorang pemuda. Menurut filsuf tersebut teori psikologi Adler adalah bentuk pemikiran yang sejalan dengan filsafat Yunani, dan itu adalah filosofi.
Seorang pemuda tersebut tidak puas dengan hidupnya mengunjungi filsuf ini untuk mencari tahu inti masalahnya. Dia mendapati dunia ini sebagai gumpalan kontradiksi yang carut marut, gagasan apa pun tentang kebahagiaan adalah hal yang sangat tidak masuk akal. Terjadilah percakapan antara pemuda tersebut dengan filsuf selama lima malam berturut-turut dengan topik yang bertema.
Yang dibahas adalah masalah atau topik yang menurut saya ini bisa mewakili kebimbangan isi hati orang-orang yang membaca buku ini. Secara garis besarnya, seperti; persoalan hubungan interpersonal, kesederhanaan hidup, dan keinginan untuk bahagia.
Karena ini isi bukunya berupa format dialog, jadi benar-benar seperti lagi menyimak obrolan dua orang yang sedang tanya jawab. Ada bagian yang rasanya ini belum pernah ada sebelumnya. Ada bagian pembantahan karena ada pernyataan yang sulit untuk diterima. Ada juga kejadian berupa contoh nyata dari pengalaman hidup, yang rasanya kita sebagai pembaca juga pernah mengalaminya.
Yang paling saya ingat adalah pada bab pertama; menyangkal keberadaan trauma, tentang manusia menciptakan amarah. Saya jadi paham kenapa ada orang yang kalau marah sampai teriak-teriak. Dan pada bab terakhir; hidup dengan sungguh-sungguh di sini pada saat ini, tentang bukan penegasan diri, tapi penerimaan diri. Saya jadi paham bagaimana cara menegaskan diri tentang hal-hal yang berada di luar kempuan kita, dan bagaimana cara memerima diri sendiri ketika kita tidak bisa melakukan sesuatu.
Saya rekomendasikan buku ini buat kalian yang suka filosofi dan psikologi.
Boleh banget like & save postingan ini sebagai pengingat wishlist book kalian.
Resume:
Aliran psikologi yang benar-benar baru yang didirikan oleh ahli kejiwaan dari Austria, Alfred Adler, pada permulaan abad kedua puluh. Di Jepang, aliran ini umumnya disebut teori psikologi Adler.
Manusia menciptakan amarah. Di sub bab ini ada contoh kasus yang apabila seseorang meledak marah kepada orang lain akan meneriakinya sekencang mungkin. Penjelasan amarahnya adalah dengan tidak meledak marah lalu mulai berteriak. Marah justru supaya bisa berteriak. Dengan kata lain, untuk bisa memenuhi tujuan berteriak, terciptalah emosi amarah. Tujuan berteriak lebih dulu muncul dari yang lain. Artinya, dengan berteriak ingin membuat orang lain tunduk dan mendengarkan apa yang harus dikatakan. Sebagai alat untuk melakukannya, seseorang tersebut menciptakan emosi amarah. Amarah adalah emosi sesaat. Amarah adalah alat yang bisa dikeluarkan saat diperlukan.
"Prosedur menjelaskan berbagai hal dalam kata-kata yang normal rasanya terlalu menyusahkan, dan engkau mencoba menghindarinya dan membuat orang yang tidak melawan ini tunduk padamu. Alat yang kaupakai di sini adalah emosi amarah." (P. 19)
Amarah adalah cara dan alat untuk meraih tujuan. Fakta bahwa amarah merupakan satu bentuk komunikasi, dan kita tetap bisa berkomunikasi tanpa menggunakannya. Kita bisa menyampaikan pikiran dan niat kita, yang bisa diterima tanpa membutuhkan amarah. Kalau kamu belajar memahami hal ini lewat pengalaman, emosi itu tidak akan muncul lagi dengan sendirinya.
"Alat komunikasi lain yang efektif selain amarah kita punya bahasa. Kita bisa berkomunikasi lewat bahasa. Percayalah pada kemampuan bahasa, dan bahasa logika." (P. 102)
Apakah kau puas dengan apa adanya dirimu? Di sub bab ini seseorang beranggapan akan lebih bahagia kalau menjadi seperti "dia". Padahal kita tidak bisa merasa benar-benar bahagia karena kita belum belajar memcintai diri kita sendiri. Dan untuk mencintai diri sendiri, kita berharap bisa terlahir sebagai pribadi yang berbeda (menjadi seperti dia). Terimalah diri kita apa adanya. Harus berfokus pada bagaimana kita bisa memanfaatkannya. Mengutip lagi kata-kata Adler:
"Yang penting bukannlah dengan apa seseorang dilahirkan, namun bagaimana dia memanfaatkannya." (P. 31)
Ketidakbahagiaan adalah sesuatu yang kau pilih untuk dirimu sendiri.
"Kita bukanlah mesin yang dapat digantikan. Kita tidak membutuhkan penggantian, melainkan pembaharuan." (P. 32)
Manusia selalu memilih untuk tidak berubah. Di sub bab ini dalam teori psikologi Adler, kita menggambarkan watak dan pribadi dengan kata "gaya hidup".
"Gaya hidup adalah kecenderunhan berpikir dan bertindak dalam kehidupan." (P. 36)
Bagaimana seseorang melihat dunia ini dan bagaimana ia melihat dirinya sendiri, yaitu kepribadian seseorang, yang mencakup pandangan seseorang tentang dunia ini dan kehidupan. Gaya hidup (cara hidup) dipandang sebagai sesuatu yang engkau pilih untuk dirimu sendiri. Kaulah yang memilih gaya hidupmu. Persoalannya bukan masa lalu, tapi di sini, pada saat ini. Apakah ini dilanjutkan dengan memilih gaya hidup yang kau jalani saat ini atau gaya hidup yang sama sekali baru.
"Manusia banyak mengeluhkan keadaannya, tapi lebih mudah dan lebih aman bagi seseorang untuk menjadi dirinya apa adanya." (P. 41)
Seseorang ingin berubah, tapi berubah itu menakutkan. Ketika mencoba mengubah gaya hidup, keberanian kita diuji. ada rasa cemas yang dihasilkan dari perubahan, dan rasa kecewa yang mengiringi keputusan untuk tidak berubah. Ketidakbagaian tidak bisa disalahkan pada masa lalu atau lingkunganmu. Dan bukan berarti tidak punya kemampuan. Hanya kurang berani. Kurang berani menjadi bahagia.
Hidupmu diputuskan di sini, saat ini. Di sub bab ini yang perlu dilakukan untuk dapat mengubah hidup adalah mengambil keputusan untuk menghentikan gaya hidupmu saat ini. Mengubah gaya hidup berarti berubah juga cara memaknai dunia dan diri sendiri, lalu cara berinteraksi dengan dunia dan prilaku diri sendiri. Manusia harus berubah, harus memilih gaya hidup. Konsep teori Adler:
"Tak peduli apa pun yang telah terjadi dalam hidupmu sampai ke titik ini, itu seharusnya tidak ada hubungannya dengn caramu hidup mulai saat ini." (P. 45)
Bahwa engkau yang hidup di sini, pada saat ini, menentukan hidupmu sendiri.
Semua persoalan adalah tentang hubungan interpersonal. Di sub bab ini menjelasakan perbedaan kesendirian dengan kesepian. Kesendirian tidak membuatmu merasa kesepian. Kesepian adalah mengetahui bahwa ada orang lain, masyarakat dan komunitas di sekitarmu, namun merasa benar-benar dikecualikan dari mereka. Untuk merasa kesepian, kita perlu orang lain. Artinya, hanya dalam konteks sosial seseorang menjadi "individu". Adler menengaskan lebih lanjut:
"Semua persoalan adalah tentang hubungan interpersonal." (P. 59)
Ini adalah konsep yang bersumber pada intisari dari teori psikologi Adler. Kalau semua hubungan interpersonal menghilang dari dunia ini, dengan kata lain kalau manusia hidup sendiri di alam semesta dan tidak ada orang lain, segala macam persoalan itu akan hilang.
Perasaan inferior adalah asumsi yang subjektif. Di sub bab ini menjelasakan "perasaan inferior" ini berkaitan dengan ukuran nilai seseeorang terhadap dirinya sendiri. Perasaan bahwa seseorang tidak berharga, atau bahwa nilai dirinya hanya sebatas itu.
Kompleks inferioritas hanyalah alasan. Di sub bab ini menjelaskan Adler mengakui bahwa perasaan inferior adalah sesuatu yang dimiliki semua orang. Tidak ada yang buruk dari perasaan itu sendiri. Semua orang ada dalam "kondisi ingin meningkatkan diri", yakni upaya untuk meraih superioritas.
Adler mengatakan upaya meraih superioritas dan perasaan inferior bukanlah penyakit, namun memacu kerja keras dan pertumbuhan yang normal dan sehat.
Pada dasarnya, "kompleks" mengacu pada keadaan mental yang abnormal, yang tersusun oleh sekumpulan emosi dan pemikiran yang rumit, dan tidak ada sangkut-pautnya dengan perasaan inferior. Kompleks inferioritas, di sisi lain, merujuk pada kondisi yang mulai menjadikan perasaan inferiornya sebagai alasan.
Pembual memiliki perasaan inferior. Kondisi inferior adalah kondisi ketika seseorang merasa ada yang hilang dari dirinya saat ini. Mengisi bagian yang hilang itu cara yang paling sehat adalah berupaya mengisinya dengan kerja keras dan pengembangan diri. Misalnya dengan mencurahkan perhatian pada studinya, terus-menerus berlatih atau giat bekerja. Akan tetapi, orang-orang yang tidak diperlengkapi dengan keberanian pada akhirnya akan masuk ke kompleks inferioritas.
Ada tipe orang yang senang membanggakan prestasinya. Seseorang yang bergayut pada kehebatannya di masa lalu, dan selalu mengingat-ingat kenangan saat dia menjadi paling bersinar.
Mereka yang sampai membanggakan keadaan dengan lantang sebenarnya tidak memiliki keyakinan pada diri sendiri. Seperti yang diindikasikan dengan jelas oleh Adler, "Mereka yang suka membanggakan diri melakukan semata karena merasa inferior."
Jika seseorang benar-benar yakin pada dirinya sendiri, dia tidak merasa perlu berbangga. Dia hanya melakukan karena perasaan inferior yang sangat kuat. Dia makin merasa perlu memamerkan keunggulannya. Ada kekhawatiran bahwa jika dia tidak melakukannya, tidak ada seorang pun yang akan menerima "apa adanya saya". Ini adalah kompleks superioritas sepenuhnya. Secara konkret, ini adalah upaya membanggakan kemalangan diri sendiri.
Seseorang yang dengan bangga bicara tentang caranya dididik dan semacamnya; berbagai kemalangan yang menimpa dirinya. Kalau ada orang lain yang mencoba menghiburnya, atau menyarankan agar membuat sedikit perubahan, dia akan menolak bantuan tersebut dengan mengatakan, "Kau tidak mengerti perasaanku."
Orang-orang seperti ini akan berupaya membuat diri mereka "spesial” melalui kemalangan mereka, dan dengan satu fakta tunggal itu akan berupaya menempatkan diri di atas orang lain.
"Memahami sepenuhnya perasaan orang yang sedang menderita adalah sesuatu yang tidak bisa dilakukan siapa pun. Tapi, selama dia terus memanfaatkan kemalangannya untuk menjadi "istimewa", dia akan selalu membutuhkan kemalangan tersebut." (P.81)
Jangan hidup demi memenuhi ekspektasi orang lain. Di sub bab ini menjelaskan saat seseorang mencari pengakuan dari orang lain, dan memandang dirinya hanya berdasarkan penilaian orang lain terhadapnya, pada akhirnya dia sama dengan orang yang sedang menjalani kehidupan orang lain. Dan tolong ingat ini:
"Kalau engkau tidak hidup untuk memuaskan ekspektasi orang lain, begitu juga orang lain tidak hidup untuk memuaskan ekspektasimu. Seseorang mungkin tidak bertindak dengan cara yang engkau inginkan, tetapi tidak masuk akal untuk menjadi marah karenanya. Itu wajar saja." (P. 136)
Menyisihkan tugas orang lain. Di sub bab ini menjelaskan tentang orangtua dengan anaknya. Meskipun merupakan darah daging orangtuanya sendiri, si anak tidak hidup untuk memuaskan ekspektasi orangtuanya.
Tindakan memercayai juga merupakan pembagian tugas. Engkau memercayai pasanganmu; itulah tugasmu. Tetapi bagaimana orang itu bersikap berkaitan dengan ekspektasi dan kepercayaan yang Anda berikan adalah tugas mereka. Ketika saya maksakan harapanmu tanpa menarik garis pembatas tersebut, sebelum sadar kamu sudah terlibat dalam intervensi layaknya seorang penguntit. Misalkan pasanganmu tidak bertindak seperti yang tadinya kauharapkan. Apakah engkau masih bisa percaya kepadanya? Apakah engkau masih bisa mencintainya? Tugas mencintai yang Adler bicarakan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan semacam itu.
Tentu saja sulit. Tapi pikirkan dengan cara ini: mencampuri tugas orang lain dan mengambil alih tugas mereka mengubah hidup seseorang menjadi sesuatu yang berat dan penuh kesukaran. Jika engkau sedang menjalani hidup yang dipenuhi kekhawatiran dan penderitaan yang berasal dari hubungan interpersonal pertama-tama, pelajari batasan "mulai dari sini, itu bukan tugasku". Dan singkirkan tugas-tugas orang lain. Itulah langkah pertama untuk bisa meringankan bebanmu dan membuat hidup ini lebih sederhana.
Cara mengesampingkan masalah dalam hubungan interpersonal. Di sub bab ini menjelaskan yang bisa kaulakukan sehubungan dengan hidupmu sendiri adalah memilih jalan terbaik yang kauyakini. Di pihak lain, ukuran seperti apa yang dikenakan orang lain pada pilihan tersebut? Itu adalah tugas mereka, dan bukan hal yang dapat kauubah.
"Apa yang orang lain pikirkan tentang dirimu, entah mereka menyukaimu atau tidak itu adalah tugas mereka, bukan tugasku." (P. 150)
Itulah yang dimaksud dengan pemisahan. Engkau mengmengkhawatirkan pandangan orang tentang dirimu. Engkau khawatir akan dihakimi oleh orang lain. Itulah sebabnya engkau terus-menerus mendambakan pengakuan dari orang lain. Nah, memangnya mengapa kamu mencemaskan pandangan orang terhadapmu? Teori psikologi Adler memiliki satu jawaban yang mudah. Engkau belum melakukan pembagian tugas. Engkau berasumsi hal-hal yang seharusnya menjadi tugas orang lain adalah tugasmu juga.
Seperti apakah kebebasan sejati itu? Di sub bab ini menegaskan tentang ketika kita tidak ingin dibenci, tapi andai dibenci sekalipun, ini bukan masalah.
Tidak ingin dibenci barangkali adalah tugasku, tapi apakah orang ini atau orang itu tidak menyukaiku atau tidak bukan tugasku. Sekalipun ada seseorang yang tidak berpikir baik tentangku, aku tidak bisa mengintervensinya.
"Keberanian untuk bahagia juga mencakup keberanian untuk tidak disukai. Ketika kamu sudah memperoleh keberanianan ini, seluruh hubungan interpersonalmu akan segera berubah menjadi sesuatu yang ringan." (P. 171)
Pendekatan yang memberi semangat. Di sub bab ini menjelaskan tentang saat seseorang tidak melaksanakan tugasnya sepenuhnya, ini bukan karena dia tidak memiliki kemampuan. Teori psikologi Adler memberitahu kita bahwa persoalannya di sini bukan kemampuan, tapi semata "telah kehilangan keberanian untuk menghadapi tugas-tugasnya". Dan jika itu kasusnya, yang pertama-tama perlu dilakukan adalah memulihkan kembal ke-berani yang hilang itu.
"Semakin sering seseorang dipuji oleh orang lain, semakin besar kecenderungannya untuk membangun keyakinan bahwa dia tidak memiliki kemampuan." (P. 217)
Karena pujian adalah penilaian yang diberikan oleh seseorang yang memiliki kemampuan kepada orang lain yang tidak memilikinya.
Saat menerima pujian menjadi tujuan utama seseorang dia sedang memilih cara hidup yang sejalan dengan sistem nilai orang lain.
Pertama, lakukan pembagian tugas. Lalu, saat menerima perbedaan satu sama lain, membangun hubungan horizontal yang setara. Membesarkan hati adalah pendekatan selanjutnya.
Bagaimana cara merasakan bahwa engkau berarti. Di sub bab ini menjelaskan bentuk pendekatan untuk memberi semangat yang didasarkan pada hubungan horizontal adalah mengucapkan terimakasih. Hal yang terpenting adalah bukan untuk menilai orang lain. Penilaian adalah kata yang berasal dari hubungan vertikal. Jika seseorang sedang membangun hubungan horizontal, akan ada kata-kata terima kasih, rasa hormat dan sukacita yang lebih terus terang.
Dipuji pada intinya berarti seseorang sedang menerima penilaian "baik" dari orang lain. Dan ukuran tentang baik buruk-nya tindakan tersebut adalah ukuran yang dimiliki penilainya.
Jika menerima pujian adalah hal yang dikejarnya, dia tidak punya pilihan selain beradaptasi dengan ukuran yang dipakai orang itu dan mengerem kebebasannya sendiri. "Terima kasih", di sisi lain, ketimbang menjadi suatu penilaian, merupakan ekspresi terima kasih yang jelas. Ketika seseorang mendengar kata terima kasih, dia tahu bahwa dia telah berkontribusi untuk orang lain. Apa yang harus dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberanian? Dalam pandangan Adler:
"Hanya ketika seseorang mampu merasakan bahwa dirinya berhargalah dia bisa memiliki, keberanian."(P. 221)
Hadir di sini saat ini. Di sub bab ini mengingatkan kita tentang keberadaan diri. Kita perlu melihat orang lain bukan pada level "tindakannya", tapi pada "keberada-nya". Tanpa menilai apakah orang lain sudah melakukan sesuatu atau tidak, seseorang bersyukur karena mereka ada, karena keberadaan itu sendiri, dan mengarahkan perhatian pada hal itu dengan penuh rasa syukur.Jika kau mempertimbangkan berbagai hal pada level keberadaannya, kita berguna dan berharga bagi orang lain semata dengan ada di sini. Itu fakta yang tidak terbantahkan.
Ada orang tua yang akan membandingkan anak mereka dengan citra ideal seorang anak—yang jelas-jelas fiktif dan mustahil—lalu dipenuhi dengan keluhan dan rasa tidak puas.
Orangtua dapat menahan diri untuk tidak membandingkan anak mereka dengan orang lain, melihat diri anak itu apa adanya, serta bergembira dan bersyukur semata karena kehadirannya. Daripada mengurangi poin dari sebuah gambaran ideal, mereka bisa mulai dari nol. Dan jika ini dilakukan, perhatian mereka seharusnya bisa terarah pada keberadaan anak itu sendiri.
Bukan penegasan diri, tapi penerimaan diri. Di sub bab ini menegasakan seseorang tidak perlu berupaya khusus untuk bersikap positif dan menguatkan diri sendiri. Bukan penegasan diri yang kita perhatikan, tetapi penerimaan diri.
Ada perbedaan yang jelas. Penegasan diri adalah memberikan saran kepada diri sendiri, seperti "aku bisa melakukannya" atau "aku kuat", bahkan di saat ada hal-hal yang berada di luar kemampuannya. Ini adalah pemikiran yang dapat memunculkan kompleks superioritas, dan bahkan dapat diistilahkan sebagai cara hidup di mana seseorang berdusta kepada dirinya sendiri. Di sisi lain, dengan menerima diri sendiri, jika seseorang tidak bisa melakukan sesuatu, dia bisa langsung menerima "dirinya yang tidak mampu" apa adanya, dan melangkah maju agar bisa melakukan apa yang bisa dilakukannya. Ini bukan cara untuk berbohong pada diri sendiri.
"Kita tidak kekurangan kemampuan. Kita hanya kurang keberanian." (P. 249)
Gila kerja adalah dusta kehidupan. Di sub bab ini menjelaskan dalam teori psikologi Adler, kita menganggapnya sebagai cara hidup yang tidak memiliki "harmoni kehidupan". Ini cara hidup ketika seseorang hanya melihat sebagian hal, namun membuat penilaian secara keseluruhan. Seseorang yang tidak memiliki harmoni kehidupan hanya akan melihat satu orang yang dibencinya, dan akan menilai dunia ini dari hal itu. Cara hidup yang hanya mengakui bekerja di perusahaan adalah cara hidup yang tidak memiliki harmoni kehidupan. Orang-orang dengan gaya hidup yang melulu tentang pekerjaan adalah orang-orang yang hidupnya tidak harmonis.
Keberanian untuk menjadi normal. Di sub bab ini menjelasakan, mengapa menjadi spesial itu perlu? Barangkali seseorang tidak dapat menerima dirinya yang normal. Dan justru karena alasan inilah ketika kebaikan menjadi sesuatu yang sia-sia, dia membuat lompatan besar untuk menjadi sangat buruk—berada di ujung skala yang berlawanan. Tapi apakah menjadi normal, biasa, benar-benar seburuk itu?
"Penerimaan diri adalah langkah pertama yang vital."(P. 288)
Kalau kamu bisa memiliki keberanian untuk menjadi normal, caramu memandang dunia ini akan berubah drastis. Kau mungkin menolak kenormalan karena kau menyamakan kenormalan dengan ketidakmampuan. Menjadi normal bukan berarti menjadi tidak mampu. Seseorang tidak perlu memamerkan keunggulannya.
Hidup adalah rangkaian momen. Di sub bab ini menjelasakan teori psikologi Adler memiliki pendirian dengan sudut pandangan yang berbeda. Orang yang menganggap hidup ini sama dengan mendaki gunung memperlakukan eksistensi mereka sebagai garis. Seolah-olah ada garis yang dimulai ketika seseorang datang ke dunia ini, dan terus berlanjut dalam segala lengkungan dan ukuran yang berbeda, sampai garis itu tiba di puncak, lalu pada akhirnya mencapai titik akhir, yang merupakan ajal.
Jangan memperlakukan hidup sebagai garis. Pikirkan hidup ini sebagai serangkaian titik. Kalau melihat garis tebal yang digambar dengan kapur lewat kaca pembesar, kau akan mendapati bahwa apa yang kauanggap garis sebenarnya adalah serangkaian sebuah titik kecil. Eksistensi yang kelihatannya linear sebenarnya merupakan serangkaian titik; dengan kata lain, hidup ini meru-pakan rangkaian momen. Kita hanya bisa hidup di sini pada saat ini. Hidup ini hanya ada dalam berbagai momen.
Hidup yang terencanakan baik bukanlah sesuatu yang harus diperlakukan sebagai perlu atau tidak perlu, mengingat ini tidak mungkin dilakukan.
Hiduplah seperti sedang menari. Di sub bab ini mengingatkan hidup serangkaian momen, yang dijalani seseorang seakan-akan dia sedang berdansa, saat ini juga, berputar-putar di setiap saat yang berlalu. Dan ketika kebetulan melihat berkeliling, dia menyadari, Ternyata aku sudah berhasil berjalan sejauh ini.
Bersinarlah di sini pada saat ini. Di sub bab ini menegaskan kita harus hidup lebih sungguh-sungguh hanya di sini pada saat ini. Fakta bahwa Anda berpikir bisa melihat masa lalu, atau memprediksi masa depan, adalah bukti bahwa bukannya hidup sungguh-sungguh di sini pada saat ini, Anda sedang hidup dalam cahaya senja yang temaram.
Hidup terdiri dari serangkaian momen, tanpa masa lalu dan masa depan. Anda berusaha untuk membuat jalan keluar bagi Anda sendiri dengan berfokus pada masa lalu dan masa depan.
Apa yang terjadi di masa lalu sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan dirimu yang ada di sini saat ini, dan apa yang mungkin terjadi di masa depan bukanlah hal yang perlu dipikirkan di sini pada saat ini. Kalau hidup sungguh-sungguh di sini pada masa kini, kau takkan memedulikan hal-hal tersebut.
Ya, itulah ulasan dari buku Berani Tidak Disukai.
Bagaimana? Apakah kamu tertarik untuk membeli dan membaca buku ini?
Terima kasih sudah membaca dan berkunjung ke blog ini.
Semoga postingan ini memberikan manfaat.
Sampai jumpa di postingan lainnya.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
—Desti
0 Comments