Book Memorable: Perahu Kertas - Dee

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Hi, reader!  Pada kesempatan kali ini saya akan bercerita tentang buku yang menurut saya sangat memorable and movie adapted from book. Jadi, ini bukan review buku, ya!

Pada tanggal 20 Maret yang bertepatan dengan Hari Dongeng Sedunia, saya selesai membaca buku Perahu Kertas karya Dee dan menonton ulang filmnya di aplikasi Disney+Hotstar.

Tanggal 20 Maretnya memang sudah lewat, tetapi tidak mengurangi antusias saya pada hari ini untuk bercerita mengenai alasan saya menjadikan Perahu Kertas sebagai buku dan film favorit saya.

Sebelumnya saya mau ucapkan Selamat Hari Dongeng untuk Kugy Karmachameleon yang dari sewaktu kecil dulu punya cita-cita jadi penulis dongeng.

Ya, Hari Dongeng mengingatkan saya pada tokoh fiksi favorit saya di buku Perahu Kertas yang mempunyai cita-cita jadi penulis dongeng. Juga mengingatkan saya pada penggalan percakapan halaman 37 antara Kugy dan Keenan.

"Waktu aku kecil, punya cita-cita ingin jadi penulis dongeng masih terdengar lucu. Begitu sudah besar begini, penulis dongeng konyol dan nggak realistis. Setidaknya, aku harus jadi penulis serius dulu. Baru nanti setelah mapan,  lalu orang-orang mulai percaya, aku bisa nulis dongeng sesuka-sukaku."

"Jadi... kamu ingin menjadi sesuatu yang bukan diri kamu dulu, untuk akhirnya menjadi diri kamu yang asli, begitu?"

"Yah, kalau memang harus begitu jalannya, kenapa nggak?"

"Bukannya itu yang nggak cocok?" tanya Keenan lagi, tajam.

"Asal kamu tahu, di negara ini, cuma segelintir penulis yang bisa makan dari nulis tok. Kebanyakan dari mereka punya pekerjaan lain, jadi wartawan kek, dosen kek, copy writer di biro iklan kek. Apalagi kalau mau jadi penulis dongeng! Sekalipun aku serius mencintai dongeng, tapi penulis dongeng bukan pekerjaan 'serius'. Nggak bisa makan."

Kalian ada yang kangen jugakah dengan Kugy Karmachameleon dan Keenan Klapertaart? Iya, tokoh utama dari novel Perahu Kertas ini. Lucu sekali ya mereka, punya Radar Neptunus.

Saat teman-teman sudah selesai baca novel Rapijali karya terbaru Dee, saya malah kangen sama Kugy dan Keenan. Akhirnya saya bisa menyaksikan lagi Kugy memberikan buku Kumpulan Dongeng Dari Peti Ajaibnya kepada Keenan hingga dibuatkankannya ilustrasi dongeng, kemudian Keenan juga melukis Jendral Pilik dan Pasukan Alit dari tokoh dongeng yang ditulis oleh Kugy.

Sebagai pengingat untuk diri saya, novel Perahu Kertas ini saya dapat dari Kak Aditya seorang host dari Podcast Buku Kutu saat acara #TukarTambahVirtual2. Buku ini cetakan pertama dan ada tanda tangan penulisnya juga. Kondisi bukunya dan kertasnya memang sudah sangat menguning, tetapi tidak masalah buat saya. Karena saya sudah lama sekali ingin baca novel Perahu Kertas. Jadi, dulu pertama kali nonton film Perahu Kertas saya belum baca bukunya. Kebetulan dalam waktu dekat saya ingin menonton ulang filmnya, maka dari itu dengan senang hati saya mau adopsi buku Perahu Kertas ini dari Kak Aditya. Untuk masalah kondisi bukunya bagian kertasnya yang sudah sangat menguning saya punya solusi, bukunya saya beri cat warna hijau, hasilnya tidak mengecewakan.

Buku Perahu Kertas karya Dewi Lestari ini tebalnya 444 halaman pertama kali diterbitkan tahun 2009 oleh penerbit Bentang Pustaka dan Truedee Pustaka Sejati.

Kalau bicara soal film Perahu Kertas, setelah saya selesai baca novelnya menurut saya lebih seru ketika baca novelnya. 

Berikut ini adalah 5 alasan saya menjadikan Perahu Kertas sebagai buku dan film favorit yang memorable bagi saya:
  1. Tema, Perahu kertas mengangkat tema tentang cita-cita, persahabatan, dan cinta. Saya sangat suka dengan ketiga hal tersebut. Di mana Kugy bercita-cita ingin menjadi penulis dongeng dan Keenan ingin menjadi pelukis. Hal ini mengingatkan kepada diri kita dan para orang tua, bahwa setiap diri kita dan setiap anak punya hak dan kebebasan dalam menentukan cita-cita. Untuk hal persahabatan saya peribadi percaya sekali ketika cinta sudah masuk ke dalam sebuah persahabatan, persahabatan itu tidak akan pernah sama lagi. Kemudian untuk hal persahabatan, hadirnya suatu masalah tidak akan menjadi penghalang untuk terus bersahabat selama komunikasi terus terjalin. 
  2. Karakter tokoh, Kugy ini keren sekali bagiku, orangnya cuek dengan penampilannya, tetapi tidak bisa cuek dengan perasaan yang muncul dari lubuk hatinya yang terdalam. Keenan juga keren, berani mengambil keputusan untuk dirinya dan keluarganya. Tokoh Eko bikin cerita tambah seru karena humoris dan bawel. Untuk tokoh Noni, ini memang manusiawi banget, sedekat apapun kita bersahabat dengan seseorang pasti kesal jugalah kalau sahabatnya berubah jadi seperti menghilang tanpa penjelasan apa-apa. Sebab itulah, menjadi sebuah pelajaran untuk mengutamakan komunikasi. 
  3. Pemeran, Maudy Ayunda dan Adipati Dolken cocok sekali memerankan Kugy dan Keenan. Dua-duanya favorit saya. Sebab itu, film ini jadi tak bosan untuk ditonton ulang.
  4. Original Sound Track (Ost) film, lagu Perahu Kertas yang juga diciptakan sendiri oleh Dewi Lestari benar-benar syahdu dan saya tidak pernah bosan untuk memutarnya berkali-kali. 
  5. Ada 3 bagian yang paling saya suka, tetapi sayang sekali tidak ada di filmnya. Pertama, saat Kugy menguasai mikrofon petugas stasiun di bilik informasi suaranya bergaung lewat speaker seantero stasiun memberikan panggilan untuk Keenan, moment pertama kali Kugy bertemu Keenan menjemputnya di stasiun. Kedua, saat Kugy dan Keenan pergi nobar berempat serasa double date beneran lalu beli popcorn berdua. Ketiga, saat kereta anjlok Keenan menemukan Kugy di sebuah warung untuk menikmati kombinasi gerimis, wangi tanah kena hujan, kopi dan pisang. Hingga Keenan berkata "Bulan, perjalanan, kita...".

Yap... itulah cerita tentang Perahu Kertas dari bagian yang paling memorable sekali buat saya dan Perahu Kertas saya jadikan salah satu novel favorit saya.

Kalau kalian sudah baca cerita Perahu Kertas juga atau belum?
Paling berkesan di bagian yang mana?

Terima kasih sudah membaca dan berkunjung ke blog saya.
Sampai jumpa di postingan saya yang lainnya.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
—Desti


0 Comments